Kamis, 10 September 2015

Ekologi

Ekologi

mayoritas dari dinoflagelata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khusnya pada kondisi hangat sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik, diaflagelata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenututropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat juga intevertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain. Dinoflagelata yang memiliki sistem fotosmtesis dan membutuhkan vitamin disebut autotropi dan yang membutuhkan energi disebut heterotrop.

Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagelata mungkin akan menghasilkan warna coklat atau merah perubahan wama air disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa dinoflagelata menghasilkan red tides adalah luminescent Spesics lain mungkin mengandung racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyeliabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska atau ikan.

Penyebab dari berkembangnya dinoflagelata dan umunya berhubungan dengan kondisi lokal (LIHAT Adreson et al, 1985; Graneli et al, 1990). Walau bagaimanapun, beberapa pola umum tetap terjadi konsentrasi yang tinggi dari sel yang menghasilkan red tides kadang-kadang diikutipengkayaan dari air dengan adanya upwelling atau runoff. Sekuen yang khas untuk red tide.

Perkecambahan cysts (hinozigot) pada dasar inokulasi wl kedalam air.
Populasi dari peningkatan sel dengan reproduksi aseksual.
Akumulasi sel dekat permukaan sebagai hasil dari phototaxis positif.
Konsentrasi sel mungkin terjadi sebagai hasil dari pergerakan air (dihasilkan oleh onshore wind tide dll )
Reproduksi seksual terjadi dan zigot menjadi cysts, menjaga cadangan pada fase dorman pada dasamya.

Penyimpangan semu hukum Mendel

PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

Walaupun prinsip-prinsip yang ditemukan Mendel diterima secara umum, namun peneliti-peneliti berikutnya sering menemukan perbandingan fenotif yang aneh, seakan-akan tidak mengikuti Hukum Mendel. Ternyata penyimpangan ini hanya merupakan penyimpangan semu karena pola dasarnya sebenarnya sama dengan hukum Mendel.
Penyimpangan terjadi karena ada beberapa gen saling mempengaruhi dalam menunjukkan fenotif. Perbandingan fenotif dapat berubah, tetapi prinsip dasar dari cara pewarisan, tetap sesuai dengan prinsip-prinsip Mendel.
Macam-macam penyimpangan semu adalah sebagai berikut :

a)       Interaksi beberapa pasang alel
Peristiwa dua gen atau lebih yang bekerja sama atau menghalang-halangi dalam memperlihatkan fenotif. Contoh : Ada empat macam bentuk jengger yaitu sebagai berikut:
1.     Jengger berbentuk ercis atau sumpel (pea), dengan genotip rrP-
2.     Jengger berbentuk mawar atau gerigi (rose), dengan genotif R-pp
3.     Jengger berbentuk biji (walnut), dengan genotif R-P-
4.     Jengger berbentuk belah atau tunggal (single), dengan genotif rrpp
Pada saat dikawinkan ayam berjengger rose dengan pea didapatkan F1 yang semuanya bertipe walnut, perhatikan skema berikut:
P1                     ♀  RRpp (rose)     ><        ♂ rrPP (pea)
Gamet                       Rp                                   rP
F1                                          RrPp (walnut)

Jika disilangkan dengan sesamanya
                          ♀ RrPp (walnut)    ><    ♂ RrPp (walnut)
gamet             RP, Rp, rP, rp                  RP, Rp, rP, rp

F2

RP
Rp
rP
rp
RP
RRPP (walnut)
RRPp (walnut)
RrPP (walnut)       
RrPp (walnut)
Rp
RRPp (walnut) 
RRpp (rose)
RrPp (walnut)
Rrpp (rose)
rP
RrPP (walnut)
RrPp (walnut)
rrPP(pea)
rrPp(pea)
rp
RrPp (walnut)
RRpp(rose)
rrPp (pea)
rrpp ( single)

Berdasarkan diagram di atas perbandingan F2nya adalah sebagai berikut:
Jengger walnut =9
Jengger rose= 3
Jengger pea= 3
Jenger single = 1
Timbulnya fenotip baru yang muncul dari perkawinan antara ayam berjengger walnut dengan sesamanya disebabkan oleh interaksi (saling mempengaruhi) antara gen-gen.

b)       Kriptomeri
Adalah peristiwa pembastaran, dimana suatu faktor dominan tersembunyi oleh suatu faktor dominan lainnya dan baru tampak bila tidak bersama-sama dengan faktor penutup itu. Contoh: persilangan antara bunga merah (AAbb) dengan bunga putih (aaBB). Warna bunga disebabkan oleh adanya zat warna antosianin dalam sitoplasma.
Bila pH rendah (lingkungan asam) akan berwarna merah, dan bila pH tinggi (lingkungan basa) akan berwarna ungu. Bila tidak terdapat zat antosianin, walaupun lingkungan asam atau basa, bunga akan berwarna putih.
A                : mengandung zat warna antosianin
a                : tidak mengandung zat warna antosiani
B                : air sel bersifat basa
b                : air sel bersifat asam
P                :        AAbb (merah)      ><       aaBB (putih)
Gamet        :           Ab                                 aB
F1               :                       AaBb  (ungu)
Gamet        : AB, Ab, aB, ab
F2               : F1  ><  F1


AB
Ab
aB
ab
AB
AABB
AABb
AaBB
AaBb
Ab
AABb
AAbb
AaBb
Aabb
aB
AaBB
AaBb
aaBB
aaBb
ab
AaBb
Aabb
aaBb
aabb

  Maka rasio fenotip dalam kriptomeri antara ungu : merah : putih =  9 :3 : 4



c)       Polimeri
Polimeri adalah pembastaran heterozigot dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri tetapi mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme.
Sebagai contoh adalah pembastaran 2 varietas gandum yang berbiji merah dan berbiji putih
P                :  M1 M1 M2 M2 (merah)  ><   m1m1m2m2 (putih)
Gamet        :        M1 M2                                  m1m2
F1               : M1m1M2m(merah muda)
Gamet        : M1 M2 , M1m2 , m1M2, m1m2
F2                              :  F1    ><   F1


M1 M2
M1m2
 m1M2
m1m2
M1 M2
M1MiM2M2
M1M1M2m2
M1m1M2M2
M1m1M2m2
M1m2
M1M1M2m2
M1M1m2m2
M1m1M2m2
M1m1m2m2
 m1M2
M1m1M2M2
M1m1M2m2
  m1m1 M2M2
m1m1 M2m2
  m1m2
M1m1M2m2
M1m1 m2m2
m1m1 M2m2
m1m1 m2m2
Keterangan :
Semua gandum yang mengandung faktor M berwarna merah, tetapi dengan derajat kemerahan yang bervariasi tergantung dari banyaknya faktor M yang dikandung. Sedangkan yang tidak mengandung faktor M berwarna putih.
Gandum dengan 4 faktor M berwarna merah sekali
Gandum dengan 3 faktor M berwarna merah gelap
Gandum dengan 2 faktor M berwarna merah muda
Gandum dengan 1 faktor M berwarna merah terang
Maka Rasio Fenotif merah : putih = 15 : 1
Peristiwa polimeri pada manusia dapat terjadi pada warna kulit.

4.    Gen Komplementer
Gen komplementer adalah gen-gen yang berinteraksi dan saling melengkapi. Bila salah satu gen tak ada maka pemunculan suatu sifat tidak sempurna atau tertutupi.
Sebagai contoh adanya dua gen untuk sifat warna kulit pada biji jagung yaitu dengan pembastaran jagung berkulit biji tak berwarna (putih) dan berwarna.
C                :  gen penumbuh pigmen
c                :  gen tak penumbuh pigmen
R                :  gen penumbuh enzim pigmentasi kulit biji
r                 :  gen tak mampu penumbuh pigmentasi kulit biji
P                :  CCRR (berwarna)  ><    ccrr (tak berwarna)
Gamet        :     CR                         cr
F1               :               CcRr (berwarna)
Gamet        :   CR, Cr, cR, cr
F2                              :   F1    ><   F1


CR
Cr
cR
cr
CR
CCRR
CCRr
CcRR
CcRr
Cr
CCRr
CCrr
CcRr
Ccrr
cR
CcRR
CcRr
ccRR
ccRr
Cr
CCRr
CCrr
CcRr
ccrr

Keterangan :
·  Kombinasi faktor C dan R menghasilkan kulit jagung berwarna
·  Kombinasi tanpa faktor C ataupun R dan hanya faktor C ataupun faktor R saja menghasilkan kulit biji jagung tidak berwarna
·  Maka rasio fenotip berwarna : tak berwarna =  9 : 7

5.      Epistasis dan Hipostasis
Epistasis dan hipostasis adalah peristiwa di mana dua faktor yang bukan pasangannya dapat mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme. Faktor pembawa sifat yang menutup disebut epistasis, sedang sifat yang ditutupi disebut hipostasis.
Sebagai contoh adalah pembastaran gandum berkulit hitam dengan gandum berkulit kuning.
P                : HHkk (hitam)          ><            hhKK (kuning)
Gamet        :    Hk                                           hK
F1                              :                          HhKk  (hitam)
Gamet        :  HK, Hk, hK, hk
F2                              :  F1      ><    F1


HK
Hk
hK
hk
HK
HHKK
HHKk
HhKK
HhKk
Hk
HHKk
HHkk
HhKk
Hhkk
hK
HhKK
HhKk
hhKK
hhKk
hk
HhKk
Hhkk
hhKk
hhkk

Keterangan L
·  Faktor H (hitam) dominan terhadap h (putih)
·  Faktor K (kuning) dominan terhadap k (putih)
·  Faktor H menutup faktor K sehingga faktor H disebut Epistasis, dan faktor K disebut Hipostasis.
Dengan demikian maka :
·  Kombinasi yang mengandung faktor H berfenotif hitam
·  Kombinasi faktor K tanpa faktor H berfenotif kuning
·  Kombinasi tanpa faktor K dan H berfenotif putih
Sehingga rasio fenotif antara Hitam : Kuning : Putih = 12 : 3 : 1